"lebih baik menjauhlah !"
"jangan seperti dia !"
nasihat kejam mereka pada kaumnya
yang mengaku telah lurus dalam arah
yang merasa telah tuntas atas semua resah
namun gemar berwirid sampah dan serapah
anggapnya manusia jenis saya
atau mungkin kita
ditengarai penular wabah
dianggap oknum biang masalah
dengan ritme hidup tak terarah
PARAH !!!
haha, tapi bukan masalah
sana, turutilah
hanya anggapan tak ubah sampah
sama sekali tak membuat resah
sebab busuknya akan segera melemah
karena angin karma meniupnya berbalik arah
terhempas dan sirna
"selayaknya bertampang brandal !"
"sebegitunya berpikiran sundal !"
"seharusnya berkelakuan bengal !"
semua hal ujaran gombal
lempar sudah di ujung kanal
bukan alasan tangan mengepal
sebab kita pengelana hidup dari jalanan terjal
diajarkan beranggun sangka meski sedari awal
wajar bila sedikit banyak terasa gatal
berempatilah atas asa rasa yang terlanjut bebal
berdoalah atas kaum yang lupa atas tempatnya berasal
berkasihanlah pada logika jiwa yang tak lagi tebal
yang telah koyak tepinya
begitu miris rasanya
dan syukurnya
kita bukan mereka
Menghela Nafas di Pagi yang Mendung
Raung dari Relung yang tak Terbendung
Jogja, 191017 07.45 AM
courtesy image : https://thestellinamarti.deviantart.com/gallery/
Komentar
Posting Komentar